Sabtu, 29 Agustus 2009

Pramuka dan Elemen Masyarakat

Di era seperti sekarang ini banyak orang yang bilang bahwa hidup semakin susah. Mulai dari sembako yang mahal, biaya pendidikan yang semakin hari semakin melonjak seakan mengikuti truk-truk tangki minyak BBM yang ternyata isinya juga menjadi barang yang sangat mahal seakan melilit leher masyarakat kalangan bawah. Namun sebagian �kecil� yang lain berpendapat bahwa hidup di jaman sekarang terasa lebih gampang, hanya dengan sedikit modal saja bisa meraup keuntungan yang sangat luar biasa walaupun dengan resiko diincar oleh KPK dan tentu saja banyak yang berakhir di penjara.

Indonesia yang sekarang ini bukan saja tengah mengalami krisis dalam bidang ekonomi dan pendidikan, namun ukuran moralitas bangsa dalam usia negara yang terhitung masih sangat muda dan belum terlampau jauh dari kemerdekaan masih sangatlah rendah. Mulai dari budaya gotong royong yang sudah mulai luntur, kurang menghargai karya orang lain, masih terlalu mudah terpancing emosinya karena hal yang sepele hingga kurangnya kemauan untuk menjaga amanat dari masyarakat.


Uraian di atas adalah gambaran bangsa kita sekarang. Lalu ada apa hubungannya dengan Pramuka?


Banyak orang yang berpendapat bahwa Pramuka hanya untuk anak-anak saja, Pramuka hanya kemah dan bernyanyi saja, Pramuka hanya bertepuk tangan saja seperti orang gila. Anggapan orang yang seperti ini muncul karena mereka tidak tahu bahwa kemah, bernyanyi dan bertepuk tangan adalah sarana pendidikan yang digunakan oleh Pramuka untuk menyalurkan ilmunya kepada peserta didiknya. Karena dari kegiatan inilah peserta didik merasa senang dan dekat dengan pembinanya hingga tidak merasa canggung lagi untuk menerima ilmu dan tidak merasa malu untuk bertanya apabila ada kesulitan. Masuk akal bukan?


Lalu ada apa dalam elemen masyarakat? Tanpa kita sadari terutama kita yang aktif dalam kemasyarakatan seperti kepala desa, camat, bupati, kapolsek, kapolres, dll adalah ikut serta dalam keanggotaan Pramuka. Ya bagaimana tidak, kepala desa adalah mabigus Pramuka Desa, camat sebagai mabiran, kapolsek sebagai pamong saka, dst. Semua ini berjalan secara otomatis namun bersifat wajib. Lalu bagaimana dengan elemen masyarakat yang ada di tingkat atas?


Opini yang berkembang di masyarakat yang masih cinta dengan Gerakan Pramuka walaupun sudah ompong dan ubanan, akan lebih asyik lagi jika saudara-saudara kita yang ada di DPR, MPR, POLRI, TNI, dan dinas-dinas lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu dalam artikel ini dapat ikut serta dalam kegiatan Kepramukaan, karena penulis yakin dan percaya bahwa orang-orang yang cinta Gerakan Pramuka tidak akan menemui masalah dan tergoda hal-hal yang sifatnya menguntungkan tapi merugikan dalam memimpin bangsa ini.


Ayo, kita belum terlambat ikut Pramuka. Pramuka untuk semua usia dan golongan. Pramuka netral dalam politik. Pramuka mencetak anak-anak bangsa yang berbudi pekerti luhur. Pramuka tidak membedakan suku, ras dan agama. Jika semua ikut Pramuka alangkah damainya Indonesiaku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar